Nikmatnya Ngentot Gadis Hamil

Sore itu aku dikejutkan oleh kedatangan ibuku bersama seorang wanita muda yang perutnya buncit seperti tengah hamil. Kuakui wanita hamil itu begitu cantik dan usianya pun sepertinya masih muda. 

"Bu, itu siapa?" tanyaku. 

"Itu Rania, dia mau tinggal disini sementara, karena suaminya sedang tugas," jawab ibuku. 

Wanita yang masih muda dan sedang hamil itu begitu ramah terhadapku. Senyuman serta tatapan matanya begitu cantik membuatku gagal fokus. Ia menempati kamar kakak Perempuanku yang sudah menikah dan tinggal bersama suaminya. 

Saat malam, aku tak sengaja melihat Rania sedang berganti baju di kamarnya. Ia cuek, meski aku melihatnya. 

"Mama mau ke rumah bibi kamu dulu," pamit ibuku. 

Di rumah hanya aku dengan gadis hamil itu. Ia begitu ramah dan kadang mengajakku ngobrol, meski kami baru bertemu. Malam itu hujan lumayan deras dan ibuku mengirim pesan, kalau ia tidak bisa pulang, karena hujan. 

"Dek, boleh minta tolong sebentar, olesin minyak kayu putih di punggung kakak," pinta Rania sambil menemuiku di ruang televisi. 

"Ayo kita ke kamar aja," ajaknya. 

Aku menurutinya, lalu kami berjalan ke kamarnya. Kubantu ia mengoleskan minyak kayu putih di punggung serta lehernya. Kulitnya putih mulus membuatku terangsang. 

Tiba-tiba ia membuka seluruh pakaiannya dan hanya menutup tubuhnya dengan sarung. Kami sama-sama duduk diatas tempat tidur yang empuk. 

"Olesin perut kakak juga yah," pintanya. 

Aku menurutinya dan begitu tegang. Rania berbalik badan membuka sarung yang menutupi tubuhnya. Perutnya yang buncit serta buah dadanya yang lumayan besar terlihat olehku. Mataku tak berkedip melihatnya. 

"Hayo lihatin apa?" Rania menepuk pipiku. 

"I-iya, Kak." Aku berbicara dengan gugup. 

"Perut kakak sakit," bisiknya. 

Kuoleskan minyak kayu putih di perutnya dan terus memandangi buah dadanya yang indah dengan puting merah kehitaman. Kak Rania berbaring sambil mengelus perutnya. 

"Kamu suka sama ini?" tanyanya sambil memegang kedua buah dadanya. 

Aku hanya diam sambil terus menatap buah dada gadis muda cantik yang tengah hamil itu. 

"Enggak apa-apa dipegang, kalau kamu suka," ucapnya sambil tersenyum. 

Tiba-tiba ia mengarahkan tanganku untuk memegang buah dadanya. Dengan gemetar kupegang buah dadanya sebelah kanan, tapi ia memintaku memegangnya sebelah kiri. 

"Pelan-pelan dong, jangan diremes," bisiknya. 

"Ooooh, oooh, ssssst," desahnya saat tanganku meremas payudara yang sebelah kiri. 

"Cium dong susu kakak, kamu nete kayak anak bayi," pintanya. 

Kuberanikan diri menciumnya, lalu putingnya kuhisap. 

"Aw, aw, aaah, pelan-pelan, jangan digigit," bisiknya sambil mendesah. 

Kuhisap susunya sambil kuremas. 

"Aaah, aaah, aaah, oooh," desahnya dengan tubuh mengejang dan ia melepaskan sarung yang menutupi bawah perutnya. 

Ternyata Rania tidak memakai Celana dalam. Memeknya terlihat indah dengan bulu-bulu halus tipis. Ia memainkan jarinya di memek indah itu. 

"Kakak udah terangsang, sini tangan kamu," ucapnya sambil mengarahkan tanganku ke memeknya. 

Kupegang memek indah itu dengan gemetaran. Ia menyuruhku memainkan itilnya yang menonjol. 

"Terus, terus, enak, enak, aaaah, udah basah, enak, enak," desahnya. 

"Kak, boleh dijilati," pintaku, karena aku teringat adegan bokep yang menjilati memek. 

"Boleh, jangan digigit yah," balasnya. 

Segera kuarahkan mulutku di memeknya dan Rania membukakan kedua pahanya. Memeknya terlihat basah dengan lobang sempit dan itil menonjol. 

Segera kumainkan lidahku dengan ganas. Rania mendesah dan menjepit kepalaku. Ia pun meremas kepalaku. 

Memeknya begitu wangi dengan aroma yang belum pernah kucium. Kulit memeknya begitu lembut dan halus. Cairannya terus banjir bercampur dengan ludahku. 

"Aaaaah, oooooh, aaaah, aaaaah, terus, terus, jilat, enak, enak, aaaah." Rania mendesah semakin parah dan ia mengejang. 

Memeknya menyemprotkan cairan ke mulutku. Kujilati dengan ganas dan kumainkan lidahku sampai masuk ke dalam. 

"Kakak, keluar, kakak keluar, aaaaaah." Rania semakin gila dan ia mengejang hebat sambil membenamkan wajahku di memeknya. 

Burungku sudah tegang dari awal dan kembali teringat adegan porno saat seorang lelaki memasukkan burungnya ke memek seorang wanita. 

"Kak, masukin yah," pintaku. 

"Iya, iya, iya, pelan, pelan, enak," balasnya. 

Kubuka celana pendekku dan terlihat adek kecilku yang sudah tegang. Rania membuka selangkangannya dan bersikap menerima burungku yang akan memasuki lobang kenikmatan itu. 

"Aaaah, ooooh, sssst, aaah," desahnya saat kepala kontolku kumasukkan ke liang memeknya yang basah. 

Kurasakan kenikmatan luar biasa saat kontolku masuk, meski hanya kepalanya. Memeknya terasa hangat, meski sudah banjir oleh cairan cinta. Memeknya bergerak seperti memijit kontolku. 

"Terus, masukin, masukin," pintanya. 

Kudorong kontolku supaya semakin masuk. Rania mendesah kencang dan ia semakin agresif saat kontolku seutuhnya sudah masuk ke memeknya. Semakin dalam kurasakan kenikmatan luar biasa dan memeknya terus bergerak seperti memijit kontolku. Lobangnya terasa sempit. Namun seluruh kontolku masuk. 

"Aaaah, oooh, mentok banget, punya kamu gede banget. Ooooh, oooh, aaah, ampun, aaah," desahnya. 

Kugenjot dengan pelan seperti dalam video yang kulihat. Semakin kugenjot, gadis hamil itu semakin mendesah dan mengejang. Rasanya begitu nikmat dan nyaman. Memeknya terus memijit dan sepertinya ada menyedot kontolku. 

"Aaah, aaah, aaah, aw, aw, mentok banget, aaah, aaah, aw, aw, pelan-pelan, mentok banget." Rania mendesah dan semakin agresif, tapi ia sepertinya kesakitan saat kupentokan kontolku semakin dalam. 

Kupercepat genjotanku, karena begitu nikmat sampai ia seperti kesakitan, tapi terus mendesah. 

"Jangan kenceng-kenceng, sakit, aaaah! Aaah! Aaah! Ooooh! Aw, aw, sssst, aaaaah!" Kini ia berteriak. 

Kontolku dengan bebas keluar masuk memeknya dan begitu nikmat luar biasa. Memeknya semakin basah dan terdengar bunyi seperti kulit dipukul. 

"Plak, plok, plak, plok," bunyi suara itu saat kugenjot dengan kencang. 

"Enggak kuat, jangan kenceng-kenceng! Aaaaah! Aduh! Aduh! Aduh! Mentok banget! Aaaah," desahnya setengah berteriak. 

"Kakak mau keluar lagi! Aaaaah! Ooooh! Aw! Ooooh! Aaaa!" teriaknya dan kurasakan sesuatu seperti menyiram kontolku saat berada di dalam memek gadis hamil itu. 

Tubuhnya mengejang hebat, lalu ia terkulai lemah dengan napas ngos-ngosan dan badan lemas, serta wajah pucat penuh keringat. 

Aku semakin dikuasai napsu dan semakin gila menggenjotnya, karena begitu nikmat. Memeknya semakin basah, licin dan terus memijit kontolku. Kurasakan sesuatu seperti hendak keluar dari kontolku. 

"Aku mau keluar, aku mau pipis," ucapku. 

"Keluarin di luar aja, jangan di dalam, kakak lagi hamil," ucapnya dengan pelan dan mata terpejam dan sepertinya ia menahan rasa sakit. 

Terus kugenjot dan begitu terasa nikmat hingga tak tertahan lagi sesuatu hendak keluar dari kontolku. Kumasukkan lebih dalam sambil memeluknya. Rania kembali mendesah seperti menahan rasa sakit. 

"Aaaah! Aaah! Aw! Aw! Sakit! Aaaah!" desahnya. 

Kutembakan spermaku di dalam memeknya. 

"Crooooot, croooot, crooot, croot, crot, crot, creet, cret." Kukeluar semua cairan cintaku di dalam memek gadis cantik yang tengah hamil itu. 

"Aaaah! Aaaah! Aduh! Aduh! Ooooh! Aaah!" Rania seperti kesakitan saat menerima spermaku yang muncrat dengan kencang di dalam memeknya. 

"Aduh, kok dikeluarin di dalam? Aduh! Aduh! Banyak banget, perih, aaah," ucapnya dengan desahan manja. 

Aku ambruk diatas tubuhnya sambil menikmati kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Rania memelukku dan ia meneteskan air mata. Kontolku masih terbenam di dalam memeknya yang nikmat dan terus memijit kontolku. Tubuhku melemas dan kontolku terasa ngilu beserta geli. Memeknya sangat banjir dan ia bernafas tidak beraturan. 

"Enak Kak, geli, geli," ucapku. 

"Jangan dicabut dulu, gini aja," bisiknya sambil menciumi wajahku. 

"Perih tahu, perut kaka perih. Memek kakak juga perih, tadi kenceng banget," sambungnya dengan nada manja. 

Beberapa saat kemudian, kucabut kontolku yang sudah lemas. Ia kembali mendesah seperti geli saat kontolku keluar memeknya. Memeknya mengeluarkan cairan berwarna putih cukup banyak disertai bercak darah. Aku begitu heran melihatnya, karena itu pengalaman pertamaku melihat memek seorang gadis sehabis dientot. 

"Aduh, aduh, sakit, perih, geli, bersihin yah, geli banget, perih dalemnya," ujar Rania sambil mengelus bagian atas memeknya. 

Kubersihkan memeknya dengan tisu sampai bersih dan lobangnya terlihat semakin membesar. Memeknya berwarna merah kehitaman dengan bibir tebal, bulu tipis dan itil menonjol. Memeknya bergerak saat kubersihkan dengan tisu. 

"Kakak lemes banget, punya kakak sakit, perih," keluhnya dengan pelan. 

"Kakak jangan marah yah," balasku. 

"Enggak apa-apa, kakak yang pengen kok. Tadi kamu kenceng banget ngentot kakak sampe sakit mau pingsan," balasnya. 

Kuelus daging mungil dan indah itu dengan pelan. Badan Rania begitu lemah. 

"De, cukurin rambutnya yah," pintanya. 

Rania menyuruhku mengambil pencukur jenggot berwarna pink dalam tasnya. Kucukur bulu memeknya dengan pencukur jenggot itu sampai memeknya bersih seperti memek bayi. 

Rania memelukku dengan manja dan terus mencium pipiku. Ia pun mengajariku ciuman bibir memainkan lidah. Setelah tenaganya pulih, gadis hamil itu mengajariku ngentot dengan posisi dari belakang dan ia dengan posisi menyamping. 

Saat kontolku kembali tegang, kuentot ia dari belakang dengan posisi ia menyamping dan kupeluk dari belakang sambil kontolku masuk ke memeknya dan kugenjot dengan pelan. 

"Pelan-pelan aja yah, masih sakit soalnya. Ini posisi kesukaaan suami kakak kayak gini ngentotin kakak sebelum tidur," ujarnya. 

Kugenjot dengan pelan dari belakang dan itu begitu nikmat sambil kuelus memeknya dan kumainkan toketnya. Kembali kutembabakan pejuhku di dalam memeknya, lalu kami tertidur dengan posisi kupeluk dari belakang dan kontolku masih tertancap di memeknya. 

Saat subuh, Rania membangunkanku dan ia bersikap manja. Ia pun terus memainkan kontolku yang sudah tegang. Ia menciumi dan menyepong kontolku sampai muncrat di dalam mulutnya. Rania dengan agresif terus menjilati kontolku yang sudah mengeluarkan sperma, bahkan ia menelan semua pejuhku. Ia meyedot, menjilati pejuhku dengan ganas. 

"Enak, gurih, punya kamu lemes lagi nih," ujarnya setelah ia puas menjilat dan menghisap pejuhku. 

Badanku begitu lemas dan kontolku terasa linu. Ia pun menjilati telurku dengan ganas saat subuh itu. 

"Nanti lagi yah, memek kakak udah enggak sakit kok, kamu pinter bikin kakak puas. Jangan bilang siapa-siapa yah, kamu sekarang jadi cem-ceman kakak, kalau suami kakak enggak ada," ucapnya. 

Aku mengangguk pelan. 

"Nanti kakak ajarin semua gaya, biar kamu puas. Punya kamu lebih gede dari punya suami kakak," sambungnya sambil terus memainkan adik kecilku. 

Kami mandi bersama dengan mesra dan memeknya kubersihkan dengan air. 

"Sekarang kamu jadi pacar kakak, kalau suami kakak enggak ada kita ngewe lagi yah," bisiknya, lalu memelukku setelah kami mandi. 

Setelah mandi dan tubuh kami bersih. Rania mengajariku semua gaya ngentot. Aku begitu menikmati saat ia mengajariku gaya enam-sembilan saling menjilati. Dari subuh sampai pagi, kami saling menjilati kemaluan masing-masing dengan gaya enam-sembilan Rania posisi diatas, sedangkan aku dibawah. Memeknya terus mengeluarkan cairan, bahkan sesekali muncrat dibarengi dengan desahan manjanya. 

Aku puas memainkan memek dan menjilati. Ia pun terus menyepong kontolku, bahkan memijit kontolku seperti sedang diterapi agar semakin besar. Kami terus melakukan itu dan ia mengaku, kalau suka saat kujilati memeknya. Ia pun bercerita, kalau suaminya tidak mau menjilati memeknya dan merasa kurang puas saat melakukan hubungan itu dengan suaminya. 

Saat ibuku pulang, ia tidak curiga apapun dan kami bersikap biasa. Rania pun terlihat bahagia pagi itu. Saat ibuku di dalam kamar mandi, Rania kembali menyuruhku menjilati memeknya dan ia mengungkapkan roknya. Kujilati memeknya sampai banjir. 

Ternyata mengentot dan menjilati memek wanita hamil begitu nikmat, bahkan membuatku ketagihan. Kami melakukan itu hampir setiap hari dan malam saat ibuku tidak di rumah. Rania terus mengajariku tentang sex sampai aku begitu mahir dan kecanduan. 

Kami melakukan hubungan terlarang itu sampai ia melahirkan dan saat suaminya pulang, ia pulang ke rumahnya, tapi sesekali berkunjung ke rumahku dan kami melakukannya sembunyi-sembunyi saat rumahku sepi. Pernah ibuku melihat kami masuk ke kamarku untuk melakukan hubungan itu di kamar, tapi ibuku langsung membuang muka dan hanya diam. 

Dua hari sebelum Rania melahirkan pun kami melakukan sex sembunyi-sembunyi dan begitu nikmat. 

"Kamu udah hebat kayaknya sekarang dan mulai kecanduan. Si Rania aja sampe tergila-gila sama kamu. Mama udah tahu, tapi harus gimana lagi, kalian saling suka. Setelah Rania punya ngelahirin, nanti mama ngomong sama dia, biar hubungan kalian dihentikan," ucap ibuku saat kami ngobrol berdua. 

Setelah Rania melahirkan, ia tidak lagi mengajakku melakukan hubungan seks, tapi ia mengenalkanku dengan saudara sepupunya, lalu kami berpacaran.

0 comments:

Posting Komentar